Anwarudin, Naga Achmad (2022) Potensi Antioksidan Fungi Neopestalotiopsis formicarum yang diisolasi dari Kayu Kemenyan Durame (Styrax benzoine Dryand). Project Report. IPB University.
Text (Cover)
J3L119086-01-Naga-Cover.pdf Download (261kB) |
|
Text (Ringkasan)
J3L119086-02-Naga-Ringkasan.pdf Download (129kB) |
|
Text (Daftar Isi)
J3L119086-03-Naga-Daftar Isi.pdf Download (157kB) |
|
Text (Pendahuluan)
J3L119086-04-Naga-Pendahuluan.pdf Download (133kB) |
|
Text (tugas akhir (full text))
J3L119086-05-Naga-Tugas Akhir (Full Text).pdf Restricted to Repository staff only Download (900kB) |
Abstract
Senyawa bioaktif merupakan senyawa yang terkandung dalam tanaman
yang memiliki banyak manfaat, seperti sebagai antioksidan, antibakteri, dan lain�lain. Senyawa ini umumnya diisolasi dari berbagai tanaman. Namun, pemanfaatan
tanaman sebagai sumber senyawa bioaktif memiliki beberapa kendala, salah
satunya karena jumlah tanaman yang terbatas sehingga apabila dieksploitasi secara
berlebihan dapat merusak ekosistem. Oleh karena itu, diperlukan alternatif lain
untuk memperoleh senyawa bioaktif, salah satunya dari jamur endofit. Jamur
endofit adalah jamur yang tumbuh di dalam jaringan tanaman seperti, akar, batang
dan daun. Jamur ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan senyawa bioaktif
yang sama seperti tanaman inangnya. Jamur endofit dapat diisolasi dari berbagai
tanaman, salah satunya dari pohon kemenyan. Neopestalotiopsis formicarum
merupakan salah satu jamur endofit yang dapat diisolasi dari kayu kemenyan
Durame yang dilaporkan memiliki potensi antioksidan. Namun, penelitian tentang
aktivitas antioksidan jamur ini masih sedikit dilaporkan. Oleh karena itu, penelitian
ini dilakukan untuk menguji potensi antioksidan Neopestalotiopsis formicarum
yang diisolasi dari kayu kemenyan Durame (Styrax benzoine DRYAND).
Aktivitas antioksidan diukur menggunakan 2 metode, yaitu metode 2,2-
difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) dan 2,2-azino-bis (etil-tiazolin-6-asam sulfonat
(ABTS). Metode DPPH merupakan metode yang didasarkan pada pengikatan atom
hidrogen oleh elektron bebas pada senyawa radikal yang kemudian menjadi
senyawa non-radikal. Metode ABTS didasarkan pada penghilangan warna kation
ABTS yang tereduksi oleh senyawa antioksidan. Setelah diketahui aktivitas
antioksidan, kemudian dilakukan uji senyawa yang dapat bertanggung jawab
sebagai senyawa antioksidan, yaitu fenol dan flavonoid. Fenol total diukur dengan
metode Folin-Ciocalteu yang didasarkan pada pembentukan senyawa kompleks
berwarna biru antara Folin dengan senyawa fenolik. Sedangkan, flavonoid total
diukur dengan metode kolorimetri AlCl3, yang akan terbentuk kompleks antara
AlCl3 dengan gugus keto dan hidroksil.
Berdasarkan pengujian, diketahui bahwa masa inkubasi jamur
Neopestalotiopsis formicarum selama 5, 10, 15, 20, dan 30 hari berpengaruh
terhadap aktivitas antioksidan dan kadar fenol total dari jamur endofit N.
formicarum. Masa inkubasi 30 hari mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi.
Selain itu, volume yang diperbesar menjadi 3 liter pada masa inkubasi 20 hari
memiliki aktivitas antioksidan dan kadar fenol yang lebih tinggi. Kadar flavonoid
tertinggi terdapat pada masa inkubasi 15 hari dan selebihnya terjadi penurunan
kadar flavonoid. Selain itu, terjadi penurunan kadar flavonoid pada saat volume
diperbesar pada masa inkubasi 20 hari.
Item Type: | Monograph (Project Report) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | ABTS, DPPH, Folin-Ciocalteu, Jamur endofit, Kolorimetri |
Subjects: | Student Project Report |
Divisions: | School of Vocational Studies > Chemical Analysis |
Depositing User: | Analisis Kimia SV IPB |
Date Deposited: | 25 Aug 2022 02:39 |
Last Modified: | 25 Aug 2022 02:39 |
URI: | https://ereport.ipb.ac.id/id/eprint/11510 |
Actions (login required)
View Item |